Kekuatan pelet tertumpu pada kekuatan keyakinan, lelaku, dan mantra. Ilmu ini masuk ranah metafisika. Orang Jawa membagi ‘pengetahuan’ ini dalam dua hal, yaitu ilmu dan ngelmu.
Ilmu adalah sesuatu yang fisika (nyata) dan terikat dengan ilmu pasti (ilmiah) dan rumusnya dapat dipertanggungjawabkan. Sementara itu, ngelmu adalah sebuah konsep yang sering tidak ditunjang oleh bukti yang masuk akal, melainkan melalui penghayatan suprarasional. Konsep penelitiannya bukan berasal dari apa yang dapat dilihat dengan mata telanjang, melainkan melalui kemampuan indrawi dengan mengandalkan kemampuan batiniah yang hanya dapat ditangkap dengan ilmu rasa.
Ngelmu terlaksana karena sebuah proses laku batin melalui pengekangan diri dari segala macam nafsu, melalui mengurangi lezatnya makan, mengurangi jam tidur, dan segala aktivitas yang bersifat duniawi. Dari hal itu, akan dirasakan hasil suatu penemuan berupa karisma, wibawa, kesaktian, indra keenam, meningkatkan kesadaran pribadi (tahu sebelum terjadi), dan hal-hal yang bersifat adi kodrati.
Ngelmu diraih bermodal rasa percaya tanpa analisis. Robert Frager, sebagaimana dikutip Achmad Chodjim dalam Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga mengisahkan seorang sarjana menyapa petapa yang sedang berdoa, seraya menjelaskan bahwa berdasarkan bahasa Arab klasik, petapa itu tidak tepat dalam mengucapkan doa yang dilafalkannya. Sarjana itu merasa puas telah meluruskan sang petapa yang buta huruf. Disebutkan pula bahwa siapa yang munguasai doa itu dapat berjalan di atas air.
Sarjana itu pun pergi dengan perasaan puas atas amal baiknya. Kemudian, dia mendengar suara dari belakanganya, lalu ia menoleh. Sang petapa sedang berlari di atas air untuk mengejarnya. “Hei, Nak, aku telah mengucapkan doa tersebut secara salah selama bertahun-tahun! Tolong ulangi kembali untukku dengan cara yang benar, sekali lagi.”
Chodjim menulis bahwa dari cerita tersebut, diketahui bahwa doa yang berbahasa Arab itu pun bisa dibaca oleh siapa saja. Yang penting adalah keyakinan yang berdoa, mengerti maksud doa yang dibacanya, dan disertai dengan tirakat, yaitu olah batin.
Pikiran hanyalah alat yang bisa digunakan secara fisik maupun metafisik yangjika terus difokuskan dan ditingkatkan kekuatannya, bangkitlah kekuatan metafisik. Gendam atau “hipnosis jalanan” yang identik dengan pelet atau pengasihan juga termasuk bagian dari kekuatan pikiran yang disalurkan melalui mata dan kata-kata hingga memperlemah kesadaran subjek.
Kisah orang-orang terdahulu yang sakti mandraguna tentu bukan dongeng khayal semata. Ada kisah orang sakti yang tidak mempan senjata jenis apa pun, mampu mengangkat barang puluhan kuintal. Bahkan, kisah orang yang dapat berlari bagaikan angin pun benar-benar pernah terjadi. Saya pun pernah bertemu dengan para guru ilmu batin yang zaman mudanya dulu dikenal masyarakat sebagai orang yang sakti mandraguna. Ketika saya minta agar menurunkan ilmu yang dimilikinya, kalimat yang sering meluncur dari mulutnya adalah, “Apakah anak muda zaman sekarang mampu melakukan tirakat seperti zaman saya dulu?”
Secara umum, generasi sekarang dianggap generasi yang tidak lagi kuat melakukan laku prihatin sehingga tidak memiliki kans menjadi orang sakti. Hal itu disebabkan kebiasaan yang tidak mampu mengekang hawa nafsu, mulai dari nafsu makan dan keinginan lain yang bersifat duniawi.
Perbedaan orang zaman sekarang dengan orang-orang terdahulu terletak pada keyakinannya terhadap ngelmu dan kesungguhannya dalam menjalani laku prihatin. Majunya tingkat rasionalitas masyarakat secara tidak langsung mulai meminggirkan kepercayaan-kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau mistis. Walau tidak sampai tingkat antipati, kesan ragu pun mulai banyak menghadapi manusia zaman sekarang.
Namun, pada sisi lain, kita melihat banyak orang yang jenuh dengan peradaban modern, lalu mencoba berkreasi ke alam metafisis. Oleh karena itu, dalam kondisi ekonomi yang makin sulitdan persaingan hidup yang makin ketat, buku-buku yang mengupas ilmu metafisika pun tetap banyak diburu.
TAREKAT DAN TIRAKAT
Dalam menempuh laku yang berkaitan dengan ilmu gaib, kita mengenal ada dua jalur yang biasa ditempuh, yaitu jalur tarekat dan jalur tirakat. Yang dimaksud dengan tarekat adalah sebuah perjalanan menuju ridho Tuhan yang banyak dilakukan kalangan agamawan. Konsep ini disebut konsep “mendekat” Sementara itu, tirakat adalah sebuah laku prihatin yang kental dengan nuansa budaya. Sebagai contoh, patigeni, ngebleng, ngrowot, mutih, dan sebagainya. Dalam agama, puasa tirakat tidak terbahas.
Konsep tarekat lebih manusiawi karena tidak sampai menyiksa diri. Sebaliknya, konsep tirakat identik dengan proses penyiksaan diri, misalnya meninggalkan makan, minum, dan tidur dalam waktu yang lama. Bahkan, terkadang, konsep ini ditambah lagi dengan tidak boleh keluar dari kamar, tidak boleh bercakap-cakap dengan orang lain, dan sebagainya.
Laku tirakat ini masih menimbulkan kontroversi. Ada pihak yang mengizinkan dan ada pula yang mengharamkan karena dikhawatirkan merusak kesehatan badan, bahkan bisa jadi menyebabkan kematian seperti dalam legenda Cirebon, yaitu Baridin-Suratminah. Bahkan, agama pun membatasi umatnya untuk tidak “menyiksa” diri. Dalam agama Islam, saat puasa Ramadhan pun, orang yang puasa disarankan untuk sahur pada akhir waktu dan segera berbuka puasa jika waktunya sudah tiba. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: dukun.digital
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)